ANTARA - Peristiwa

Saturday, November 28, 2009

Runtuhnya Masa Depan Investasi Dunia

Adanya pembekuan dana di dubai berakibat investasi disana menjadi semakin suram. Apalagi bila sebagian besar investornya berasal dari liar Timur Tengah.
Apakah DUbai akan menjadi kota mati??

Berikut ini adalah artikel dari inilah.com


Runtuhnya Masa Depan Investasi Dunia
Vina Ramitha

(istimewa)

INILAH.COM, Hong Kong - Akibat krisis, masa depan investasi dunia tampaknya tak lagi berada di Dubai, Uni Emirat Arab. Haruskah investor ucapkan selamat tinggal pada Timur Tengah?

Seiring dengan berjatuhannya saham dunia, harga komoditas dan pasar valas dalam jurang ketidakpastian, ledakan pertumbuhan Dubai pun teredam. Secara perlahan tapi pasti, pengaruhnya terus menyebar ke dunia, terutama Asia.

"Investor langsung menjadi sensitif. Mata seluruh dunia perekonomian saat ini tertuju ke Dubai. Ini bak jendela kecil yang merefleksikan tsunami finansial," ujar analis Shanghai Securities, Cai Junyi, seperri dilansir AP, Jumat (27/11).

Dunia dikejutkan oleh permintaan salah satu dari emirat kaya itu untuk membekukan dana perusahaan holding terbesar mereka, Dubai World. Jumlahnya tak tanggung-tanggung, yakni US$27,2 miliar. Inilah sebuah bukti baru kedalaman krisis ekonomi kali ini.

Perusahaan itu kekurangan dana hingga US$60 miliar dari berbago anak perusahaan mereka. Termasuk Nakheel, sebuah firma properti yang berada di belakang konstruksi Palm Jumeirah, pulau buatan terbesar dunia, dan menara tertinggi dunia, Nakheel Tower.

Nakheel juga pemilik DP World, operator pelabuhan yang membeli perusahaan kapal feri, P&O Ferries. Perusahaan raksasa ini harus membayarkan obligasi Islam sebesar US$3,52 miliar dan biaya tambahannya yang jatuh tempo pada 14 Desember mendatang.

Menyusul pengumuman yang dibuat pada 25 November itu, terjadi peningkatan utang di kawasan. Hal ini terlihar dari jumlah pinjaman kredit (credit default swaps/CDS) Dubai yang meningkat hingga 38%. Di Abu Dhabi, CDS juga cukup tinggi pada 37%.

Ketakutan itu pun merambat ke negara lain di kawasan. Seperti asuransi kredit di Arab Saudi yang meningkat 20% dan di Qatar yang mencapai 12%. "Ini waktu yang tepat bagi Dubai untuk mulai menyortir tumpukan utang mereka yang cukup besar," lanjut Junyi.

Menyusul pengumuman pembekuan selama enam bulan itu, investor menilai pemerintah Dubai juga berjuang untuk utang-utang mereka yang lainnya. Artinya, prediksi bahwa krisis ekonomi segera usai yang selama ini disampaikan ekonom dunia, salah besar.

Sektor perbankan dunia pun kembali tergoncang, terutama bank Inggris yang paling banyak terekspos ke Timur Tengah. Tercatat sembilan bank memberikan pinjaman sejumlah US$5,5 miliar ke Dubai. Pengaruh terbesar mendera Royal Bank of Scotland, Lloyds Banking Group, dan HSBC.

"Eksposur kami sangat besar, yakni mencapai US$15,9 miliar untuk seluruh Uni Emirat Arab," demikian pernyataan dari HSBC baru-baru ini sebagai institusi keuangan dengan dampak terbesar dari sembilan bank tersebut.

Tak hanya itu, sektor properti Inggris ikut terhantam selama ini Dubai tercatat sebagai pembeli properti Inggris terbesar. Hal ini, menurut penilaian Merrill Lynch, juga sebuah pukulan besar terhadap emerging market secara keseluruhan.

"Kegagalan kredit di Dubai ini menandakan keberadaan resiko yang masih membayangi pelaku pasar," demikian pernyataan itu.

Pertanyaan pun timbul, haruskah mengucapkan selamat tinggal kepada Dubai? Penulis buku 'Dubai: the Vulnerability of Success', Christopher Davidson, telah memperingatkan hal ini jauh sebelum krisis menimpa dunia mereka.

"Kota ini dibangun di atas sebuah model yang tak bakal bertahan lama," tulisnya. Davidson berbicara mengenai investor Dubai yang kebanyakan dari Barat dan memutuskan untuk setia di kota itu. Menurutnya, ini kerugian memiliki populasi yang sebagian besar mata duitan.

"Mereka akan mengatakan apa yang ingin Anda dengar. Begitu ada yang tidak beres, mereka langsung pulang ke negara masing-masing," lanjutnya.

Sentimen Dubai World ini beredar meluas di pasar dan menyebabkan bursa saham dunia berguguran pada perdagangan Jumat (27/11). Asia terkena gempuran paling hebat. Seperti terlihat pada indeks Hang Seng anjlok 1.075,91 poin (-4,8%) ke 21.134,50.

Sementara Kospi berakhir turun 4,7% ke 1.524,50, Nikkei turun 301,72 poin (-3,2%) ke 9.081,52. Indeks Australia ikut turun 2,9% dan Shanghai minus percent 2,4%.

Di Eropa, indeks FTSE 100 Inggris turun 16,13 poin (0,3%) menjadi 5.178. DAX Jerman turun 19,45 poin (-0,4%) ke 5.594,72. Kemudian CAC-40 Prancis melorot 23,27 poin atau 0,6% ke 3.655, 97. [ast/mdr]